Sebuah blog yang berisi tentang teks khutbah (khutbah Jum'at, Idul Fitri, Idul Adha) Bahasa Indonesia dan Sunda, Proposal (PHBI, PHBN, Umum, LPJ dan RAB) dan materi ceramah

Thursday, July 7, 2022

(DOC) TEKS KHUTBAH IDUL ADHA, MAKNA DIBALIK IBADAH HAJI

                   TEKS KHUTBAH IDUL ADHA: MAKNA DI BALIK IBADAH HAJI


KHUTBAH I

 اَللهُ أَكْبَرُ  9X. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.  الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,

Bulan Dzulhijjah termasuk salah satu dari empat bulan haram (asyhurul hurum) di dalam Islam. Tiga lainnya adalah Dzulqa’dah, Muharram dan Rajab. Keistimewaan Dzulhijjah ditandai dengan adanya ibadah-ibadah tertentu yang tidak boleh dilakukan umat Islam di bulan lainnya, yakni haji dan qurban. Secara etimologi dzulhijjah merupakan frasa yang terdiri dari kata dzû (memiliki) dan al-hijjah (haji) karena hanya di bulan ke-12 dalam kalender hijriyyah ini, ada pelaksanaan ibadah haji.

Haji adalah rukun Islam yang kelima. Karena masuk rukun atau pondasi, ibadah ini tentu bukan ibadah yang enteng. Ia wajib dilakukan oleh setiap orang yang mampu. Kemampuan ini meliputi mampu secara fisik, biaya, juga keamanan. Dengan kata lain, ketika seseorang sudah punya biaya yang mencukupi, fisik yang memadai, dan kondisi keamanan yang memungkinkan ia sampai ke Tanah haram, maka melaksanakan ibadah tersebut hukumnya wajib.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 97:

 وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Ibadah haji juga terkadang ada kaitannya dengan pengalaman spiritual orang. Karena banyak orang Muslim kaya tak kunjung melaksanakan ibadah haji. Sebaliknya, banyak orang yang pendapatannya rendah, justru diberi kemampuan dan kemauan untuk menunaikan ibadah haji. Semangat dan pengalaman batin seseorang sangats berpengaruh pada seberapa kuat niat berhaji itu tumbuh.

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,

Dalam ibadah haji, banyak ritual atau manasik yang tak bisa langsung ditangkap alasannya secara logika. Jika kita diperintah untuk berpuasa Ramadhan tiap tahun, orang bisa menjelaskan secara rasional dari sudut pandang kesehatan. Demikian halnya dengan perintah zakat, yang bisa dinalar alasannya secara sosial dan ekonomi, yakni supaya harta tidak sekedar berputar pada segelintir orang kaya saja. Adapun ibadah haji. Rukun Islam kelima dalam Islam ini sarat ritual-ritual yang bisa diketahui dengan cara memosisikannya sebagai simbol-simbol yang penuh makna.

Pertama, makna tauhid. Makna ini tersirat dalam posisi Ka’bah sebagai pusat kedatangan para tamu Allah dari berbagai belahan bumi. Jutaan orang dari berbagai belahan dan bangsa berkumpul dalam satu titik, tanpa dibeda-bedakan satu Negara dengan lainnya. Ini adalah tanda bahwa tujuan dari keseluruhan hidup ini adalah satu, yakni Allah . Penamaan Ka’bah sebagai “baitullah” (rumah Allah) harus dipahami dalam makna tersebut, bukan Allah SWT bersemayam di Ka’bah.

Begitu pula dengan Hajar Aswad (batu hitam) yang berada di sudut timur laut Ka'bah. Keberadaannya yang tinggi hingga orang-orang berebut untuk menyentuh dan menciumnya tidak boleh membuat mereka sampai menyembahnya. Anjuran menyentuh dan mencium Hajar Aswad muncul sekadar karena mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Umar bin Khattab ra.:

 إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya: “Sungguh aku tahu, engkau hanyalah batu. Tidak bisa mendatangkan bahaya atau manfaat apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi  wa sallam menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR: Bukhari) 

Kedua, makna kemanusiaan. Pakaian ihram yang dipakai orang-orang saat memulai haji adalah tanda kesamaan dan kesetaraan semua manusia. Dalam ihram seluruh pakaian disunnahkan berwarna putih. Bagi jamaah haji laki-laki bahkan tidak boleh memakai semua pakaian berjahit dan menggantinya dengan hanya dua helai kain. Kaum laki-laki dilarang memakai topi atau peci, sedangkan jamaah perempuan dilarang mengenakan cadar. Ritual ini sebagai tanda kesatuan identitas manusia sebagai hamba Allah, dan melepaskan identitas-identitas selainnya, seperti suku, ras, nasab, jabatan politik, kelas ekonomi, dan ketokohan. Pemulung, selebritis, ulama, menteri, atau presiden datang ke Tanah Suci sebagai hamba Allah, bukan sebagai orang dengan kedudukan duniawinya.

Makna kedua ini sekaligus menguatkan makna pertama, yakni nilai tauhid. Konsekuensi dari menjunjung tinggi tauhid adalah mengakui bahwa tidak ada yang lebih dimuliakan dan diagungkan selain Allah . Manusia pada dasarnya berada dalam kesetaraan. Standar derajatnya hanya bisa dinilai dari sudut pandang Allah, melalui sejauh mana ketakwaannya. Manusia paling mulia adalah mereka yang paling takwa kepada Allah . Sebagaimana firman Allah SWT :

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha-Mengetahui lagi Maha-Mengenal.” (QS al-Hujurat: 13)

Bukan hanya pakaian-pakaian “kehormatan” duniawi yang dilepas, jamaah haji dari berbagai bangsa dan negara juga bersama-sama meninggalkan tempat asalnya untuk berkumpul di maqom yang sama. Pemandangan ini tampak jelas ketika mereka sedang bersama-sama wukuf di Arafah. Mereka harus diam di tempat yang sama dan di bawah terik matahari yang sama. Ini sebagai tanda bahwa sesungguhnya manusia—siapa pun itu—pada ujungnya akan kembali pada Dzat yang Esa. Ibadah haji adalah gambaran bahwa manusia harus kembali ke fitrah aslinya sebagai hamba, baik ketika hidup maupun mati.

Ketiga, makna napak tilas sejarah kenabian. Haji juga menjadi waktu mengenang jejak nabi-nabi terdahulu, khususnya Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan Nabi Muhammad. Perjalanan mereka bukanlah sejarah hidup yang tidak bermakna, melainkan terdapat berbagai pelajaran yang penting diingat. Ritual melempar Jumrah, misalnya, adalah symbol permusuhan Nabi Adam kepada setan. Kita diingatkan agar selalu waspada terhadap berbagai tipu daya musuh yang sangat terlaknat ini.

Begitu juga tentang Sa’i. Ia mengandung sejarah perjuangan Siti Hajar mencari air untuk putranya, Ismail, ketika ditinggal suami tercinta, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Berlari-lari yang berulang sampai tujuh kali merupakan simbol kesemangatan ikhtiar yang tak kenal lelah. Hingga pada akhirnya pertolongan Allah pun datang dengan tiba-tiba air memancar dari bawah kaki Nabi Ismail. Mata air itu kita kenal hingga saat ini sebagai sumur Zamzam.

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,

Allah tidak mewajibkan haji untuk setiap orang sebagaimana shalat. Kewajiban haji hanya diperuntukkan bagi mereka yang mampu. Untuk yang sudah atau sedang berhaji, penting baginya tak menyia-nyiakan kewajiban ini dengan memenuhi segala ketentuan haji, juga makna-makna dalam setiap ritual yang dijalankan. Bagi orang yang belum mampu ke Tanah Suci, cukup baginya berikhtiar sesuai kemampuan dan menyerap makna ibadah haji untuk kemudian kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Haji adalah perjalanan suci, bukan hanya sekedar wisata untuk meraih kebanggaan diri. Karena itu, bagi yang belum diberi kemampuan melaksanakan haji tak perlu patah semangat selama kita berusaha menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa: memegang prinsip tauhid, menghargai kemanusiaan, dan menunaikan ketentuan syariat sebagaimana diajarkan Rasulullah. Wallahu a’lam.

 بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II

 اَللهُ أَكْبَرُ7x .  اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ,آمِيْن يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْن، اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

FILE WORD DOWNLOAD  👇
Share:

0 comments:

Post a Comment

Comments System

[blogger][disqus][facebook]
Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Search This Blog

Contact