HIJRAH, TITIK AWAL KEJAYAAN ISLAM
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ
اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ، إِذْ هُمَا فِي
الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ
الْعُلْيَا، وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (سورة التوبة: 4(
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib
berwasiat kepada kita semua, terutama diri khatib pribadi, untuk senantiasa
berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara
melaksanakan semua kewajiban dengan segenap keteguhan hati dan kemantapan jiwa,
dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan dengan penuh ketabahan dan
kesabaran.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Sesungguhnya masa lalu
adalah lembaran-lembaran sejarah yang menyimpan segudang pelajaran dan hikmah.
Hijrah dalam catatan sejarah masa lampau, terdapat pelita yang menyinari jalan
orang yang ingin mencari dan menggenggam kebenaran di masa-masa berikutnya.
Lembaran sejarah umat Islam
tempo dulu telah mencatat masa-masa kejayaan dan kegemilangan yang diraih kaum
muslimin. Namun demikian banyak peristiwa mengharukan turut mewarnai perjalanan
hidup mereka. Begitu pula pengorbanan, kegigihan dalam menegakkan agama Allah,
peperangan melawan musuh-musuh Allah dan lain sebagainya, turut juga menghiasi sepak
terjang perjuangan mereka.
Di antara sekian banyak
peristiwa bersejarah dan paling berpengaruh bagi perkembangan dakwah Islamiyyah
adalah hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah menuju
Madinah Munawwarah. Kita sebagai kaum muslimin yang hidup pada masa kemunduran
umat Islam saat ini, seharusnya menjadikan peristiwa hijrah sebagai momentum
untuk bangkit dari keterpurukan dalam berbagai bidang. Peristiwa hijrah
seyogyanya menjadi pelecut bagi kita untuk meraih kembali kejayaan dan
kegemilangan yang selama beberapa abad terakhir ini direbut oleh bangsa-bangsa
lain.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Semenjak dimulainya dakwah
Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama keluarga dan para
sahabatnya seringkali menghadapi berbagai macam rintangan dan ancaman dari
orang-orang kafir di Makkah. Namun mereka tetap tabah dan tegar menebarkan
dakwah dengan penuh kesabaran. Sampai akhirnya Allah ta’ala memberikan
pertolongan dan kemudahan, yaitu dengan perintah hijrah dari Makkah menuju
Madinah. Peristiwa hijrah itu merupakan akhir dari masa yang penuh rintangan
dan kesulitan serta titik awal dari masa keemasan dan kegemilangan bagi dakwah
Islam. Dari titik itu, cahaya kebenaran Islam semakin bersinar terang, menyinari
kegelapan dan melampaui segala macam penghalang.
Pada masa-masa setelah
hijrah, dengan dipimpin langsung Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam, umat
Islam berjuang menegakkan keadilan, memberantas kekufuran dan membasmi
kezaliman. Sehingga yang terjadi kemudian, Allah menyempurnakan kenikmatan-Nya
kepada umat Islam. Makkah berhasil mereka taklukkan dan umat manusia
berbondong-bondong masuk Islam. Tidak ada yang sulit jika Allah menghendaki
kemudahan. Dakwah yang pada awalnya menemukan banyak kendala, dengan optimisme,
keteguhan, ketegaran, ketabahan dan kesabaran, pada akhirnya titik terang
keberhasilan bisa ditemukan. Ini menjadi teladan bagi kita bahwa di setiap
kesulitan pasti ada kemudahan, asalkan kita terus berusaha dan tetap optimis
serta senantiasa menjaga asa.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah
Ketika Muhammad diangkat
menjadi utusan Allah, di awal-awal dakwah, beliau diperintahkan Allah untuk
menyampaikan dakwah tanpa peperangan. Beliau berdakwah secara terang-terangan,
setelah sebelumnya diperintahkan berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Suatu
ketika beliau berjalan di tengah-tengah beberapa orang musyrik Arab yang sedang
berkumpul di suatu tempat seraya mengatakan:
أَيُّهَا النَّاسُ قُوْلُوْا لَا إلهَ إَلَّا
اللهُ تُفْلِحُوْا
“Wahai umat manusia,
katakanlah bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, niscaya kalian
akan beruntung.”
Beliau menyeru kepada sikap
adil, berbuat baik dan akhlak-akhlak mulia lainnya, dan mencegah dari perbuatan
keji dan munkar. Dakwah beliau disambut beberapa orang yang akhirnya masuk
Islam, seperti sahabat Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, Bilal dan lain-lain. Akan
tetapi sebagian besar masyarakat ketika itu masih tetap dalam kekufuran.
Orang-orang kafir yang menolak dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
inilah yang secara membabi buta menyakiti, menyiksa, mengolok-olok dan menghina
Rasulullah dan para sahabatnya. Ketika penyiksaan demi penyiksaan yang
dilakukan orang-orang kafir semakin bertambah berat, beberapa sahabat
memutuskan untuk berhijrah ke Habasyah atas perintah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Mereka berjumlah sekitar delapan puluh orang, di antaranya
adalah Utsman bin Affan dan Ja’far bin Abi Thalib.
Hadirin rahimakumullah,
Dalam satu kesempatan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan beberapa orang suku
Khazraj dari kota Yatsrib yang sedang mengunjungi Ka’bah. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kesempatan itu untuk mendakwahkan Islam
kepada mereka dan mereka pun menyatakan diri masuk Islam. Bahkan pada tahun
berikutnya jumlah orang-orang suku khazraj yang masuk Islam semakin bertambah.
Akhirnya Rasulullah mengutus dua sahabat beliau, Abdullah bin Ummi Maktum dan
Mush’ab bin ‘Umair radliyallahu ‘anhuma untuk pergi bersama mereka ke kota
Yatsrib untuk mengajarkan al-Qur’an kepada mereka dan mendakwahkan Islam kepada
beberapa orang dari suku Khazraj yang belum masuk Islam.
Ketika jumlah kaum muslimin
yang siap menegakkan agama Allah di Yatsrib semakin bertambah banyak, Allah
memerintahkan umat Islam di Makkah untuk berhijrah menuju kota Yatsrib atau
yang dikenal kemudian dengan sebutan kota Madinah. Para sahabat Nabi lalu
berbondong-bondong melaksanakan perintah-Nya. Kemudian Nabi pun berhijrah dari
Makkah, tanah air beliau dan kota yang paling beliau cintai menuju Madinah.
Beliau dengan ditemani sahabat Abu Bakr radliyallahu ‘anhu menaklukkan berbagai
rintangan dan halangan dalam perjalanan hijrah menuju Kota Yatsrib, setelah
beliau mendakwahkan Islam dan mengajak kepada tauhid serta mencegah dari
kemusyrikan di Makkah selama tiga belas tahun terhitung sejak beliau diangkat
menjadi Rasul.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Hijrah yang dilakukan
Rasulullah dan para sahabat tidaklah melarikan diri dari orang-orang musyrik.
Bukan pula bentuk sikap putus asa dari kondisi yang terjadi. Hijrah beliau juga
tidak bertujuan untuk mencari ketenaran, pangkat dan kekuasaan di Kota Madinah.
Sama sekali tujuannya bukan itu. Karena sewaktu di Makkah, beliau pernah
didatangi oleh para pemuka dan pimpinan Makkah seraya mengatakan kepada beliau:
“Jika dakwah Islam yang engkau lakukan
bertujuan mendapatkan harta benda, maka kami akan mengumpulkan harta benda kami
untukmu sehingga engkau menjadi orang yang paling kaya di antara kami, dan jika
engkau bertujuan memperoleh kekuasaan maka kami akan menjadikanmu sebagai
penguasa.”
Namun Rasulullah tidak
terpesona dan terperdaya oleh bujuk rayu mereka. Karena dakwah beliau memang
tidak bertujuan untuk mendapatkan itu semua. Yang beliau harapkan hanyalah
ridha Allah semata. Ini adalah puncak keteladanan bagi kita semua, khususnya
bagi para da’i yang ingin mengabdikan hidupnya untuk berdakwah.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah
Hijrah Rasulullah juga tidak
bertujuan untuk mencari ketenangan dan kenyamanan hidup di Madinah. Keyakinan
beliau adalah bahwa apa yang beliau bawa merupakan dakwah kebenaran dan risalah
petunjuk yang harus dilaksanakan sesuai perintah Allah. Karenanya, ketika paman
beliau Abu Thalib datang meminta beliau untuk tidak menghalang-halangi
orang-orang kafir menyembah berhala-berhala mereka, beliau mengatakan dengan
tegas:
واللهِ يَا عَمُّ لَوْ وَضَعُوْا
الشَّمْسَ فِي يَمِيْنِي وَاْلقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا
الأَمْرَ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللهُ أَوْ أَهْلِكَ دُوْنَهُ
“Demi Allah wahai pamanku,
seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku agar aku meninggalkan dakwah yang aku lakukan, pasti aku tidak akan mau
meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.”
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Peristiwa Hijrah Rasulullah
dan para sahabatnya adalah petunjuk bagi kita bahwa kemusyrikan, kekufuran,
kezaliman dan kebatilan, sekuat dan sebesar apapun, pasti pada akhirnya akan
terperosok ke dalam jurang kehancuran. Sebaliknya, kebenaran pasti suatu saat
akan menemukan jalan kesuksesan dan pasti akan berhasil mengibarkan panji-panji
kemenangan. Karena Allah ta’ala telah menjanjikan kemenangan gemilang kepada
kaum mu’minin dan telah menjadikan di balik kesukaran pasti terdapat jalan
keluar, dan di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا
وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ
(سورة غافر: 51)
Maknanya: “Sesungguhnya Kami
menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia
dan pada hari kiamat” (Surat Ghafir: 51)
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Akhirnya, kita berdoa semoga
di tahun baru ini kita lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Selamat tahun
baru Islam 1442 H.
كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ
عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ
الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 comments:
Post a Comment