SYARAT-SYARAT LA ILAHA ILLALLAH
Diketik ulang oleh : Dedeng Ikhlas Apriandi (Staff Pengajar MAN 6 Tasikmalaya)
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الِذيْ أَمَرَ بِتَوْحِيْدِهِ وَطَاعَتِهِ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحدهُ لاَ شريكَ لهْ فِيْ عِبَادَتِه، كَمَا أنهُ لاَ شريكَ لهُ فِيْ رُبُوْبِيَتِهِ، وأشهدُ أنَ محمدًا عبدهُ ورسولهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ جَمِيْعِ بَرِيَتِهِ، صلَى الله عليهِ وعلَى آلهِ وصَحَابَتِهِ وسلم تسليمًا كثيرًا.
قال الله تعالى في القرآن الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، يَأَيُهَا الَذِيْنَ آمَنُوْا اتَقُوااللهَ حَقَ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَمُوْتُنَ إِلاَ وأنْتُمْ مُسْلِمُوْن.
Saudaraku, kaum muslimin, rahimakumullah.
Wahb bin Munabbih ra. Pernah ditanya, “Bukankah kunci surge adalahla ilaha illallah?” Beliau menjawab, “Ya. Akan tetapi, setiap kunci pasti memiliki gerigi. Jika engkau memiliki kunci dengan gerigi yang tepat, pintu akan terbuka. Namun, jika gerigi kunci tersebut tidak tepat, pintu tidak akan terbuka.”
Wahb bin Munabbih ra. Adalah salah seorang tabi’in. beliau murid beberapa sahabat Nabi, seperti Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abu Sa’id al Khudri, an-Nu’man bin Basyir, Jabir bin Abdillah, dan Ibnu Umar.
Ucapan Wahb bin Munabbih tersebut bermakna bahwa mengucapkan laa ilaha illallah saja tidak cukup. Kalimat tersebut memiliki syarat dan konsekuensiyang harus dijalankan olehorang yang mengucapkannya. Syarat konsekuensi ucapan la ilaha illallah ibarat gerigi pada sebuah kunci. Benar bahwa la ilaha illallah adalah kunci surge, tetapi syarat dan konsekuensinya merupakan gerigi yang menentukan apakah pintu surge terbuka atau tidak.
Al-Hasan al-Bashri ra pernah bertanya kepada seseorang, “Apa yang engkau persiapkan untuk kematian?” orang tersebut menajwab, “Syahadat la ilaha illallah.” Al-Hasan Al-Bashri menyatakan “Sesungguhnya bersama syahadat tersebut ada syarat-syarat (yang harus dipenuhi).” (Siyar A’lamin Nubala’, juz 4, hl. 584).
Kalimat la ilaha illallah adalah kalimat yang agung yang bisa mengantarkan pengucapnya ke dalam surge. Namun, kalimat tauhid tersebut tidak cukup sekedar diucapkan. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Pada khutbah Jum’at kali ini kita akan mengkaji syarat-syarat la ilaha illallah yang dijelaskan oleh para ulama. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan pertolongan kepada kita semua.
Syarat la ilaha illallah ada 7, yaitu :
Mengetahui maknanya (al-‘ilmu)
Yakin dan tidak ragu akan kandungan maknanya (al-yaqin)
Menerima dan tidak menolak konsekuensinya, baik dengan lisan maupun dengan hati (al-qabul)
Tunduk terhadap perintah dan larangan yang terkandung di dalamnya dan berserah diri kepada Allah (al-inqiyad)
Jujur dalam mengucapkannya (ash-shidq), yaitu bersesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang diyakini dalam hati, serta menjalankan konsekuensinya.
Ikhlas dalam mengucapkannya karena Allah (al-ikhlas)
Cinta terhadap kandungan kalimat la ilaha illallah (al-mahabbah)
Berikut akan disebutkan dalil dan penjelasan ketujuh syarat tersebut.
Syarat pertama : al-‘ilmu, yaitu mengetahui makna la ilaha illallah.
Seorang muslim harus mengetahui makna la ilaha illallah. Dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan untuk mengetahui makna la ilaha illallah.
فَاعْلَمْ أنهُ لا إله إلا الله
“Ketahuilah bahwasannya tidak ada sembahan yang haq, kecuali Allah.” (Muhammad : 19)
Sangat disayangkan, sebagian besar saudara kita, kaum muslimin, belum mengerti makna la ilaha illallah. Makna la ilaha illallah sebenarnya juga terkandung dalam zikiry ang disunnahkan untuk dibaca setiap selesai shalat fardhu:
لا إله إلا الله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَ إِيَاه...
“La ilaha illallah, dan kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Az_Zubair).
Zikir tersebut menunjukkan bahwa la ilaha illallah maknanya tidak ada sembahan yang h aq kecuali Allah. Segala bentuk ibadah hanya boleh dipersembahkan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya.
Syarat kedua: al-yaqin, yaitu yakin dan tidak ragu terhadap kandungan maknanya.
إِنَمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ الَذِيْنَ آمَنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ ثُمَ لَمْ يَرْتَابُوْا
“Hanyalahorang-orang yang beriman adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian tidak ragu…” (Al-Hujurat: 15)
Syarat ketiga: al-qabul, yaitu menerimanya dengan sepenuh hati, tidak b ersikap sombong dengan menolaknya, dan bersedia menjalankan konsekuensinya.
Orang yang beriman berbeda dengan orang-orang kafir yang ketika la ilaha illallah disampaikan kepada mereka, mereka bersikap sombong.
إِنَهُمْ كَانُوْا إِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَ إله إلا الله يَسْتَكْبِرُوْن
“Sesungguhnya mereka (orang-orang musyrik) itu, jika la ilaha illallah dikatakan kepada mereka, mereka menyombongkan diri.” (Ash-Shaffat : 35)
Orang-orang musyrik Arab sangat paham makna la ilaha illallah. Mereka tahu bahwa jika mengucapkannya, mereka harus meniinggalkan segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah. Mereka tidak mau melakukan konsekuensi tersebut karena sombong.
Orang-orang musrik Arab tersebut menganggap dakwah nabi sebagai sesuatu yang aneh. Mereka mengatakan,
أَجَعَلَ اْلآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا، إِنَ هذَا لَشَيْئٌ عُجَاب
“Apakah dia (Muhammad) menjadikan sembahan-sembahan itu satu saja? Sungguh, ini sesuatu yang mengherankan.” (Shad: 5)
Hal ini menunjukkan bahwa konsekuensi ucapan la ilaha illallah adalah meninggalkan sembahan-sembahan selain Allah.
مَنْ قَالَ لاإله إلا الله، وَكَفَرَ بِمَا يَعْبُدُ مِنْ دُوْنِ الله، حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى الله
“Barang siapa mengucapkan la ilaha illallah dan mengkufuri segala sesuatu yang disembah selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedangkan perhitungannya diserahkan kepada Allah.” (HR. Muslim)
Syarat Keempat : al-inqiyaad, yaitu tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Allah
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى الله وَهُوَ مُحْسِن فَقَدْ اسْتَمْسَكَ باِلعُرْوَةِ الوُثْقَى
“Barang siapa menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan ia berbuat kebaikan, sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kuat.” (Luqman : 22)
Buhul tali yang kuat tersebut ditafsirkan oleh Ibnu Abbas sebagai la ilaha illallah, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ath-Thabari:
بَارَك الله لِيْ وَلَكُمْ فِي ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْم، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلبَيَانِ وَالذِكْرِ اْلحَكِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah Kedua
الحمدُ للهِ على فَضْلِهِ وإِحْسَانِه، وَأَشْكُرُهُ علَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحدهُ لا شريكَ له فِيْ رُبُوْبِيَتِهِ وَإِلَهِيَتِهِ وَأَسْمَائِه وَصِفَاتِه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، صلى ا لله عليه وعلى آله وَأَصْحَابِهِ وَسَلَمَ تَسْلِيْمًا كثيرًا.
قال الله تعالى في القرآن الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، يَأيُهَا الَذِيْنَ آمَنُوْا اتَقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قوْلاً سَدِيْدًا.
اللهم صلى وسلم وبارك آمين يا رب العالمين...
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات، إنك سميع قريب مجيب الدعوات.
ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما...
اللهم أصلح ولاة أمورنا، اللهم أصلح ولاة أمورنا، اللهم أصلح ولاة أمورنا...
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار...
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه وسلم
والحمد لله رب العالمين
0 comments:
Post a Comment